mungkin sering anda membayangkan, betapa indahnya hidup menjadi orang yang paling jenius didunia ini..
tapi pasti anda tak pernah membayangkan, betapa sulitnya hidup diantara jutaan orang idiot....
semua artikel yang gue posting diblog ini nggak seluruhnya diambil dari kisah nyata, sebagian besar cuma karangan belaka, karena tujuan gue buat blog ini sekedar untuk berbagi cerita baik dari semua yang gue alami ataupun dari semua yang gua dengar dan gue lihat dalam kehidupan sehari-hari, sengaja gue tulis dengan bahasa yang sederhana agar semakin akrab dimata para pembaca.. oiya, apabila ada kesamaan nama dan lokasi itu cuma kebetulan saja.. selamat membaca......
Doa Untuk Satria..
Pagi itu, Senin dini hari ; 9 Juni 2008 tepat 00:45 WIB lahirlah seorang anak laki-laki dari rahim istriku tercinta, yang kuberi nama :
Satria Fathan Setiawan..
bukan tanpa alasan ia kuberi nama itu, karena tepat saat ia menghirup udara pertamanya didunia, saat itu juga terbesit dalam hatiku sebuah bayangan seorang ksatria berkuda diatas bukit dengan tangan kanannya mengangkat pedang tinggi-tinggi..
sesaat setelah sijabang bayi dibersihkan dan dimasukan ke ruang yang sterill, aku dipanggil untuk mengumandangkan adzan ditelinga anakku, dengan penuh keyakinan aku menghampiri sosok tubuh mungil yang aku yakin kelak nanti ia akan menjadi orang besar..
bukan hanya adzan yang aku bisikan ditelinganya, tapi juga sebuah doa, doa yang tulus, doa dari seorang ayah untuk putranya..
Doa Untuk Satria..
besar harapan kami untukmu satria..
tumbuhlah menjadi anak yang pemberani..
penuntun yang baik bagi dirimu sendiri..
pelindung keluarga dalam kehidupanmu..
penjaga bagi penerusmu..
serta pejuang yang tangguh untuk apa yang kau yakini..
amin....
Satria Fathan Setiawan..
bukan tanpa alasan ia kuberi nama itu, karena tepat saat ia menghirup udara pertamanya didunia, saat itu juga terbesit dalam hatiku sebuah bayangan seorang ksatria berkuda diatas bukit dengan tangan kanannya mengangkat pedang tinggi-tinggi..
sesaat setelah sijabang bayi dibersihkan dan dimasukan ke ruang yang sterill, aku dipanggil untuk mengumandangkan adzan ditelinga anakku, dengan penuh keyakinan aku menghampiri sosok tubuh mungil yang aku yakin kelak nanti ia akan menjadi orang besar..
bukan hanya adzan yang aku bisikan ditelinganya, tapi juga sebuah doa, doa yang tulus, doa dari seorang ayah untuk putranya..
Doa Untuk Satria..
besar harapan kami untukmu satria..
tumbuhlah menjadi anak yang pemberani..
penuntun yang baik bagi dirimu sendiri..
pelindung keluarga dalam kehidupanmu..
penjaga bagi penerusmu..
serta pejuang yang tangguh untuk apa yang kau yakini..
amin....
Pesan Berharga..
ada sepasang kakak beradik dari keluarga pedagang yang mendapat amanat dari ayahnya semasa hidup; "anakku, apabila kamu ingin menjadi pedagang yang sukses seperti ayah, ayah punya dua pesan: yang pertama janganlah kamu menagih hutang pada siapapun, yang kedua saat kamu berangkat dan pulang berdagang berusahalah jangan sampai kena sinar matahari.." pesan itu tampaknya sangat menancap dihati kedua orang pemuda itu, mereka berniat untuk tidak mengecewakan ayahnya..
singkat cerita sang ibu berniat menengok kedua anaknya yang pergi merantau untuk berdagang, pertama-tama dia menuju kerumah anak keduanya, betapa kaget saat dia menjumpai rumah anak bungsunya, yang sangat berantakan dan tidak terawat, dimana kondisi anak dan keluarganya pun sangatlah lusuh dan kotor, pun rumah kecil yang disulap menjadi sebuah toko juga tampak kosong, sedikit sekali barang dagangan yang tampak dietalasenya, si ibu kaget, lalu bertanya pada anaknya; "anakku, bertahun-tahun kamu merantau ternyata belum bisa mencapai apa yang almarhum ayahmu inginkan", "ya inilah yang ayah mau kan bu" jawab sang anak, "aku sudah menjalankan semua amanat ayah, kalo berdagang tidak boleh kena sinar matahari, ya aku berdagang dirumah, jadi tidak perlu kemana-mana, lalu jangan menagih hutang pada siapapun, ya aku tidak menagih semua pelangganku yang berhutang, syukur-syukur masih ada yang mau membayar, jadi bisa untuk menyambung hidup" lanjut si anak, sang ibu menggelengkan kepala, dan mengajaknya untuk menengok kakaknya, sesampainya disana si ibu itu pun tak kalah terkejut melihat kondisi rumah anak sulungnya, karena selain lebih besar dari rumahnya ternyata dirumah itu tidak tampak kesibukan orang berdagang, si ibu curiga apakah anak sulungnya tidak melaksanakan perintah ayahnya untuk meneruskan usaha berdagang ayahnya, sambil menggeleng sepasang ibu dan anak tadi beranjak masuk untuk menemui si empunya rumah, yang ternyata hanya disambut seorang menantunya yang tampak bersahaja sekali.
dengan penuh hormat si perempuan itu mempersilahkan agar kedua orang tadi masuk sekaligus meminta maaf kalo suaminya baru akan pulang pada malam hari, malamnya orang yang ditunggu-tunggu akhirnya pulang, betapa bahagianya saat dia melihat ibu dan adiknya tercinta ada dirumahnya.
setelah makan malam mereka berbincang-bincang diberanda depan rumahnya, "anakku, apa pekerjaanmu sekarang? kekayaanmu saat ini kamu dapat dari mana? apa kamu tidak meneruskan usaha seperti ayahmu? apa kamu lupa dengan pesan ayahmu?" dengan gencar sang ibu bertanya, si anak membalas dengan senyuman dan menjawab; "ibu tidak perlu khawatir, aku adalah pedagang, pemilik beberapa grosir besar di beberapa pasar di kota ini, bagaimana aku bisa melupakan pesan yang sangat berharga dari ayah, seperti ayah bilang 'janganlah kamu menagih hutang pada siapapun', maka aku tidak pernah mengijinkan siapapun berhutang ditokoku jadi aku tidak perlu menagih kan bu, lalu yang kedua 'saat kamu berangkat dan pulang berdagang berusahalah jangan sampai kena sinar matahari', maka aku berusaha membuka cabang tokoku dimana, sehingga disemua daerah tokoku bisa dibilang menguasai pasaran sekitar, aku pun meminta pada semua karyawanku untuk membuka toko lebih pagi dan menutup toko lebih malam dari toko-toko disekitar, tentunya untuk mengawasi dari toko satu ke toko ku yang lain aku pun harus berangkat pagi-pagi sekali dan pulang kembali kerumah agak malam, jadi sama saja seperti tidak kena sinar matahari kan bu".....
singkat cerita sang ibu berniat menengok kedua anaknya yang pergi merantau untuk berdagang, pertama-tama dia menuju kerumah anak keduanya, betapa kaget saat dia menjumpai rumah anak bungsunya, yang sangat berantakan dan tidak terawat, dimana kondisi anak dan keluarganya pun sangatlah lusuh dan kotor, pun rumah kecil yang disulap menjadi sebuah toko juga tampak kosong, sedikit sekali barang dagangan yang tampak dietalasenya, si ibu kaget, lalu bertanya pada anaknya; "anakku, bertahun-tahun kamu merantau ternyata belum bisa mencapai apa yang almarhum ayahmu inginkan", "ya inilah yang ayah mau kan bu" jawab sang anak, "aku sudah menjalankan semua amanat ayah, kalo berdagang tidak boleh kena sinar matahari, ya aku berdagang dirumah, jadi tidak perlu kemana-mana, lalu jangan menagih hutang pada siapapun, ya aku tidak menagih semua pelangganku yang berhutang, syukur-syukur masih ada yang mau membayar, jadi bisa untuk menyambung hidup" lanjut si anak, sang ibu menggelengkan kepala, dan mengajaknya untuk menengok kakaknya, sesampainya disana si ibu itu pun tak kalah terkejut melihat kondisi rumah anak sulungnya, karena selain lebih besar dari rumahnya ternyata dirumah itu tidak tampak kesibukan orang berdagang, si ibu curiga apakah anak sulungnya tidak melaksanakan perintah ayahnya untuk meneruskan usaha berdagang ayahnya, sambil menggeleng sepasang ibu dan anak tadi beranjak masuk untuk menemui si empunya rumah, yang ternyata hanya disambut seorang menantunya yang tampak bersahaja sekali.
dengan penuh hormat si perempuan itu mempersilahkan agar kedua orang tadi masuk sekaligus meminta maaf kalo suaminya baru akan pulang pada malam hari, malamnya orang yang ditunggu-tunggu akhirnya pulang, betapa bahagianya saat dia melihat ibu dan adiknya tercinta ada dirumahnya.
setelah makan malam mereka berbincang-bincang diberanda depan rumahnya, "anakku, apa pekerjaanmu sekarang? kekayaanmu saat ini kamu dapat dari mana? apa kamu tidak meneruskan usaha seperti ayahmu? apa kamu lupa dengan pesan ayahmu?" dengan gencar sang ibu bertanya, si anak membalas dengan senyuman dan menjawab; "ibu tidak perlu khawatir, aku adalah pedagang, pemilik beberapa grosir besar di beberapa pasar di kota ini, bagaimana aku bisa melupakan pesan yang sangat berharga dari ayah, seperti ayah bilang 'janganlah kamu menagih hutang pada siapapun', maka aku tidak pernah mengijinkan siapapun berhutang ditokoku jadi aku tidak perlu menagih kan bu, lalu yang kedua 'saat kamu berangkat dan pulang berdagang berusahalah jangan sampai kena sinar matahari', maka aku berusaha membuka cabang tokoku dimana, sehingga disemua daerah tokoku bisa dibilang menguasai pasaran sekitar, aku pun meminta pada semua karyawanku untuk membuka toko lebih pagi dan menutup toko lebih malam dari toko-toko disekitar, tentunya untuk mengawasi dari toko satu ke toko ku yang lain aku pun harus berangkat pagi-pagi sekali dan pulang kembali kerumah agak malam, jadi sama saja seperti tidak kena sinar matahari kan bu".....
Sudah Takdir Bukan Berarti Tidak Perlu Berusaha..
pada suatu masa hiduplah didunia seorang pemuda yang sudah ditakdirkan oleh dewa dilangit bahwa garis keturunannya akan hidup kaya raya, dia lahir juga dari keluarga yang kaya dimana usaha kedua orang tuanya sangatlah maju, selain anak semata wayang, kedua orang tua tersebut sangatlah memanjakan pemuda tadi, hal itu membuat nya menjadi malas bekerja, dan bisanya hanya bersenang-senang menghabiskan harta kekayaan kedua orang tuanya..
namun pada suatu waktu ternyata bangkrutlah usaha kedua orang tua si pemuda itu, kondisi ekonomi yang hancur membuat kedua orang tuanya depresi, sampai hidup mereka berakhir..
tinggalah si pemuda sebatang kara hidup didunia, namun sifatnya yang malas ternyata sudah mendarah daging padanya, karena dia yakin jika melihat dari garis keturunannya dia ditakdirkan akan hidup kaya raya, entah saat ini atau kapan nanti, pasti kaya..
kerjanya hanya tidur saja diatas tempat tidurnya, berharap akan turun emas dari dewa..
dewa pun menyadari hal itu, dia merasa ada yang salah, karena menurutnya jika melihat dari garis keturunannya si pemuda ini ditakdirkan untuk hidup kaya raya, maka dewa memerintahkan pada salah satu malaikatnya untuk memberikan sebongkah emas pada pemuda itu, menurutnya sebongkah emas itu dapat dijadikan modal untuk usahanya, maka turunlah malaikat kedunia dan meletakan sebongkah emas di depan pintu rumah pemuda itu, namun karena kemalasan si pemuda itu tidak pernah mau keluar rumah, dia yakin pasti dewa akan memberikan emas tanpa perlu keluar rumah, dewa pun memerintahkan kembali pada panglimanya agar bongkahan emas tadi dipindahkan ke dalam rumah, malaikat pun kembali turun kedunia, dia pindahkan bongkahan emas yang tadinya didepan pintu ke bawah tempat tidur si pemuda itu, dengan harapan apabila pemuda itu bangun dari tempat tidur dan bersih-bersih atau mengepel kolong tempat tidurnya dia akan menyadari ada emas dibawah tempat tidurnya, ternyata sifat malas yang terlalu pada pemuda itu membuat jangankan mengepel, menyapu saja dia tidak mau, dewa pun kembali memerintahkan pada malaikatnya agar diberikan pancingan untuk menarik perhatian si pemuda tadi untuk melihat ke bawah tempat tidurnya, malaikat pun kembali turun ke dunia untuk meletakan bangkai tikus disamping bongkahan emas tadi, dengan harapan si pemuda itu akan terganggu dengan bau yang sangat menyengat dari bangkai tikus tadi, lalu mencoba membersihkannya, akan tetapi tetaplah si pemuda itu enggan membersihkan atau setidaknya mencoba mencari tahu asal sumber bau yang tidak enak itu..
akhirnya dewa pun menyerah, dia berujar pada malaikatnya "segala macam bantuan sudah kita berikan, tapi memang dia tidak mau berusaha.. biarkan dia mati dan membusuk bersama bangkai tikus yang ada dibawah tempat tidurnya..."
namun pada suatu waktu ternyata bangkrutlah usaha kedua orang tua si pemuda itu, kondisi ekonomi yang hancur membuat kedua orang tuanya depresi, sampai hidup mereka berakhir..
tinggalah si pemuda sebatang kara hidup didunia, namun sifatnya yang malas ternyata sudah mendarah daging padanya, karena dia yakin jika melihat dari garis keturunannya dia ditakdirkan akan hidup kaya raya, entah saat ini atau kapan nanti, pasti kaya..
kerjanya hanya tidur saja diatas tempat tidurnya, berharap akan turun emas dari dewa..
dewa pun menyadari hal itu, dia merasa ada yang salah, karena menurutnya jika melihat dari garis keturunannya si pemuda ini ditakdirkan untuk hidup kaya raya, maka dewa memerintahkan pada salah satu malaikatnya untuk memberikan sebongkah emas pada pemuda itu, menurutnya sebongkah emas itu dapat dijadikan modal untuk usahanya, maka turunlah malaikat kedunia dan meletakan sebongkah emas di depan pintu rumah pemuda itu, namun karena kemalasan si pemuda itu tidak pernah mau keluar rumah, dia yakin pasti dewa akan memberikan emas tanpa perlu keluar rumah, dewa pun memerintahkan kembali pada panglimanya agar bongkahan emas tadi dipindahkan ke dalam rumah, malaikat pun kembali turun kedunia, dia pindahkan bongkahan emas yang tadinya didepan pintu ke bawah tempat tidur si pemuda itu, dengan harapan apabila pemuda itu bangun dari tempat tidur dan bersih-bersih atau mengepel kolong tempat tidurnya dia akan menyadari ada emas dibawah tempat tidurnya, ternyata sifat malas yang terlalu pada pemuda itu membuat jangankan mengepel, menyapu saja dia tidak mau, dewa pun kembali memerintahkan pada malaikatnya agar diberikan pancingan untuk menarik perhatian si pemuda tadi untuk melihat ke bawah tempat tidurnya, malaikat pun kembali turun ke dunia untuk meletakan bangkai tikus disamping bongkahan emas tadi, dengan harapan si pemuda itu akan terganggu dengan bau yang sangat menyengat dari bangkai tikus tadi, lalu mencoba membersihkannya, akan tetapi tetaplah si pemuda itu enggan membersihkan atau setidaknya mencoba mencari tahu asal sumber bau yang tidak enak itu..
akhirnya dewa pun menyerah, dia berujar pada malaikatnya "segala macam bantuan sudah kita berikan, tapi memang dia tidak mau berusaha.. biarkan dia mati dan membusuk bersama bangkai tikus yang ada dibawah tempat tidurnya..."
Manfaat Dari Ketekunan & Keikhlasan..
disebuah lembah yang sunyi tinggalah seorang kakek dan cucunya yang masih muda, dimana sang kakek adalah seorang yang sangat taat beribadah, selain bekerja dikebun disamping rumahnya sang kakek tersebut mempunyai satu kebiasaan yaitu menghabiskan hari-harinya dengan membaca Al-quran, yang ternyata kebiaasan tersebut menimbulkan pertanyaan dalam benak cucunya.
suatu pagi didorong pertanyaan dalam benaknya si cucu memberanikan diri untuk bertanya pada kakeknya;
"kek, apa sih yang membuat kakek senang sekali menghabiskan waktu dengan membaca Al-quran, padahal cucu lihat Al-quran itu sudah sampai rusak karena terlalu seringnya kakek bolak-balik dibaca, mungkin sudah berapa kali saja kakek selesai membacanya, apa kakek tidak bosan?" tanya si cucu..
"cucu mau tahu" jawab sang kakek, "coba cucu isi kolam didepan rumah kita dengan air sungai dibelakang kebun, pakailah keranjang tempat mengangkut sayuran itu" lanjut sang kakek sambil menunjuk keranjang sayur untuk mengangkut sayuran hasil kebun mereka saat akan dijual kepasar, setelah itu kakek melanjutkan membaca Qurannya.
si cucu segera beranjak pergi untuk melaksanakan perintah kakeknya, diambilnya keranjang tua tempat sayuran untuk diisi air dari sungai, lalu dibawa menuju kolam didepan rumahnya melewati jalan rumput dan jalan berbatu, akan tetapi begitu sampai dikolam air dalam keranjangnya sudah habis karena terbuang melalui lubang-lubang yang banyak terdapat dikeranjangnya.
"kek, bagaimana saya bisa mengambil air dengan keranjang yang berlubang, sama saja aku melakukan hal yang percuma kek" tanya si cucu, "lakukan hal yang kamu anggap percuma itu nanti siang dan nanti sore, dan lakukan hal yang sama setiap hari" jawab sang kakek tanpa menjelaskan lebih lanjut.
dengan penuh kebingungan si cucu beranjak pergi. dia lakukan hal itu dengan tekun dan ikhlas pada siang dan sore harinya, dan begitupun setiap hari, karena dia yakin kakeknya tidak asal memberi perintah padanya.
waktupun berlalu, hampir sebulan si cucu melaksanakan perintah kakeknya tanpa banyak bertanya, pada satu waktu dia dipanggil oleh kakeknya; "cucuku, kemarilah.. kamu bisa lihat sekarang hasil dari ketekunan dan mungkin keikhlasan kamu pada pekerjaan yang menurut kamu percuma, manfaatnya terlihat jalanan yang kamu lewati setiap hari saat membawa air dengan keranjang berlubang, jalan rumput yang penuh ilalang kini ditumbuhi bunga-bunga yang indah, jalan berbatu yang biasanya kotor dan berdebu kini selalu bersih karena selalu tersiram air setiap hari, begitupun dengan pekerjaan yang lain yang mungkin menurut kamu percuma, namun apabila kamu lakukan dengan tekun dan ikhlas serta selama itu bertujuan pada kebaikan, insya Allah, akan membawa kebaikan baik secara langsung ataupun tidak langsung pada akhirnya nanti...."
suatu pagi didorong pertanyaan dalam benaknya si cucu memberanikan diri untuk bertanya pada kakeknya;
"kek, apa sih yang membuat kakek senang sekali menghabiskan waktu dengan membaca Al-quran, padahal cucu lihat Al-quran itu sudah sampai rusak karena terlalu seringnya kakek bolak-balik dibaca, mungkin sudah berapa kali saja kakek selesai membacanya, apa kakek tidak bosan?" tanya si cucu..
"cucu mau tahu" jawab sang kakek, "coba cucu isi kolam didepan rumah kita dengan air sungai dibelakang kebun, pakailah keranjang tempat mengangkut sayuran itu" lanjut sang kakek sambil menunjuk keranjang sayur untuk mengangkut sayuran hasil kebun mereka saat akan dijual kepasar, setelah itu kakek melanjutkan membaca Qurannya.
si cucu segera beranjak pergi untuk melaksanakan perintah kakeknya, diambilnya keranjang tua tempat sayuran untuk diisi air dari sungai, lalu dibawa menuju kolam didepan rumahnya melewati jalan rumput dan jalan berbatu, akan tetapi begitu sampai dikolam air dalam keranjangnya sudah habis karena terbuang melalui lubang-lubang yang banyak terdapat dikeranjangnya.
"kek, bagaimana saya bisa mengambil air dengan keranjang yang berlubang, sama saja aku melakukan hal yang percuma kek" tanya si cucu, "lakukan hal yang kamu anggap percuma itu nanti siang dan nanti sore, dan lakukan hal yang sama setiap hari" jawab sang kakek tanpa menjelaskan lebih lanjut.
dengan penuh kebingungan si cucu beranjak pergi. dia lakukan hal itu dengan tekun dan ikhlas pada siang dan sore harinya, dan begitupun setiap hari, karena dia yakin kakeknya tidak asal memberi perintah padanya.
waktupun berlalu, hampir sebulan si cucu melaksanakan perintah kakeknya tanpa banyak bertanya, pada satu waktu dia dipanggil oleh kakeknya; "cucuku, kemarilah.. kamu bisa lihat sekarang hasil dari ketekunan dan mungkin keikhlasan kamu pada pekerjaan yang menurut kamu percuma, manfaatnya terlihat jalanan yang kamu lewati setiap hari saat membawa air dengan keranjang berlubang, jalan rumput yang penuh ilalang kini ditumbuhi bunga-bunga yang indah, jalan berbatu yang biasanya kotor dan berdebu kini selalu bersih karena selalu tersiram air setiap hari, begitupun dengan pekerjaan yang lain yang mungkin menurut kamu percuma, namun apabila kamu lakukan dengan tekun dan ikhlas serta selama itu bertujuan pada kebaikan, insya Allah, akan membawa kebaikan baik secara langsung ataupun tidak langsung pada akhirnya nanti...."
Langganan:
Postingan (Atom)